Dialog dalam Pelukan Durasi Lima Menit


lelaki :

aku mencari ketenangan
dalam realita
aku buka seluruh pakaian
dengan harapan aku menemukannya dalam kenyataan
aku mencarinya
dalam sebotol minuman
yang setiap hari menumpuk di ujung ginjalku
aku mencarinya
dalam sebuah vagina milik perempuan
aku bersenggama dengan tubuhnya
tapi pikiranku melambung-lambung
tak menyambung


perempuan :

aku hidup diatas kaki dengan berani
dengan segala sebenar-benarnya pikiranku
dengan keegoisan menimbang
aku tak perlu marah karena resiko
karena aku menangis diam-diam dibelakang punggungmu
saat ini, saat aku memelukmu
aku tak perlu kecewa karena aku tahu
kamu melihat vagina hanya sebatas vagina
sama persis
karena aku menganggap penismu hanya sebatas penis
aku bahkan tak peduli persoalan rasa
akulah budak-budak yang mengulumi penismu
aku tak perlu kesal
karena jembutmu yang menyelinap di lidah
aku tak merasakan apa apa, kecuali nafsu
pada leher-leher yang bau khas lelaki
dan terasa asin
ini bukan persoalan murahan atau tidak
lebih dalam dari sana
aku menjadikan diriku utuh
aku bisa membaca orang bukan dari mata
matamu! ya matamu!
adalah salah satu anggota tubuh yang paling sering berbohong
mata tidak pernah cukup untuk melihat dunia
seluas-luasnya dunia
aku membacamu sebagai narasi
kita terus berdrama untuk mencapai klimaks
kita berdrama sejak mata terbuka
maukah kamu ajak aku telanjang bulat-bulat?
supaya kita tidak berbohong pada apapun


lelaki :

Kamu mendominasi
dengan segala tuduhan
apa kamu merasa cukup?
sehingga kamu menghakimi aku dengan pembacaanmu?
aku kacau
kamu tak melihat aku dari balik kemungkinan
bahkan aku tak memprotes
pada bulu kakimu yang seperti parutan
tajam karena cukuran
aku hanya mencari yang belum aku dapatkan
bahkan daripadamu


perempuan :

aku sudah menduganya
bertahun sudah aku pelajari kamu, manusia
sekali waktu dalam hidup
kamu akan mengambil segalanya daripada aku
semua hal, kecuali yang tidak pernah bisa
pikiran